Puisi
Disaat daku tua, bukan lagi diriku yang dulu.
Maklumilah diriku, bersabarlah dalam menghadapiku.
Disaat daku menumpahkan kuah sayuran di bajuku,
Disaat daku tidak lagi mengingat cara mengikatkan tali sepatu.
Ingatlah saat-saat bagaimana daku mengajarimu, membimbingmu untuk melakukannya
Disaat saya dengan pikunnya mengulang terus menerus ucapan yang membosankan mu,
Bersabarlah mendengarkan, jangan memotong ucapanku, Dimasa kecilmu, Daku harus mengulang dan mengulang terus sebuah cerita yang saya ceritakan ribuan kali hingga dirimu terbuai dalam mimpimu
Disaat saya membutuhkanmu untuk memandikanku,
Janganlah menyalahkanku.
ingatlah dimasa kecilmu, bagaimana daku dengan berbagai cara membujukmu untuk mandi
Saat aku kebingungan menghadapi hal-hal baru dan teknologi modern
Janganlah menertawaiku.
Renungkanlah bagaimana daku dengan sabarnya menjawab setiap "mengapa" yang engkau ajukan saat itu
Disaat kedua kakiku terlalu lemah untuk berjalan,
Ulurkanlah tanganmu yang muda dan kuat untuk memapahku.
Bagaikan dimasa kecilmu daku menuntunmu melangkahkan kaki untuk belajar
Disaat daku melupakan topik pembicaraan kita,
Berilah sedikit waktu padaku untuk mengingatnya.
Sebenarnya, topik pembicaraan bukanlah hal yang penting bagiku, asalkan engkau berada disisiku mendengarkanku, daku telah bahagia.
Disaat engkau melihat diriku menua, janganlah bersedih
Maklumilah diriku, dukunglah daku, bagaikan daku terhadapmu
disaat engkau mulai belajar tentang kehidupan.
Dulu daku menuntunmu menapaki jalan kehidupan ini, kini temanilah daku hingga akhir jalan hidupku
Berilah daku cinta kasih dan kesabaranmu. daku akan menerimanya dengan senyuman penuh syukur
Maklumilah diriku, bersabarlah dalam menghadapiku.
Disaat daku menumpahkan kuah sayuran di bajuku,
Disaat daku tidak lagi mengingat cara mengikatkan tali sepatu.
Ingatlah saat-saat bagaimana daku mengajarimu, membimbingmu untuk melakukannya
Disaat saya dengan pikunnya mengulang terus menerus ucapan yang membosankan mu,
Bersabarlah mendengarkan, jangan memotong ucapanku, Dimasa kecilmu, Daku harus mengulang dan mengulang terus sebuah cerita yang saya ceritakan ribuan kali hingga dirimu terbuai dalam mimpimu
Disaat saya membutuhkanmu untuk memandikanku,
Janganlah menyalahkanku.
ingatlah dimasa kecilmu, bagaimana daku dengan berbagai cara membujukmu untuk mandi
Saat aku kebingungan menghadapi hal-hal baru dan teknologi modern
Janganlah menertawaiku.
Renungkanlah bagaimana daku dengan sabarnya menjawab setiap "mengapa" yang engkau ajukan saat itu
Disaat kedua kakiku terlalu lemah untuk berjalan,
Ulurkanlah tanganmu yang muda dan kuat untuk memapahku.
Bagaikan dimasa kecilmu daku menuntunmu melangkahkan kaki untuk belajar
Disaat daku melupakan topik pembicaraan kita,
Berilah sedikit waktu padaku untuk mengingatnya.
Sebenarnya, topik pembicaraan bukanlah hal yang penting bagiku, asalkan engkau berada disisiku mendengarkanku, daku telah bahagia.
Disaat engkau melihat diriku menua, janganlah bersedih
Maklumilah diriku, dukunglah daku, bagaikan daku terhadapmu
disaat engkau mulai belajar tentang kehidupan.
Dulu daku menuntunmu menapaki jalan kehidupan ini, kini temanilah daku hingga akhir jalan hidupku
Berilah daku cinta kasih dan kesabaranmu. daku akan menerimanya dengan senyuman penuh syukur
Didalam senyumku ini, tertanam kasih yang tak terhingga untukmu.
sumber :http://www.kaskus.us/showthread.php?t=6250851
Kering
Sudah lama dahan itu tak bergoyang
Daun-daun tak pernah lagi berembun
Angin tak lagi menyampaikan kabar sang awan
Jendela itu sudah terbuka lama
Andaikan sinar itu tak pernah datang menghampiri
Tak seharusnya raga terdampar di sini
Yaa..di sini
Dimana tak lagi ada mata air yang mengalir
tak ada tetes hujan yang membasahi
tak ada.. tak ada lagi
Dia pergi hanya sekali
Dia pergi seorang diri
Dia pergi tak kembali
Dia pergi dari sini
Yaa..dari sini
Dari sebuah lubang di dalam hati
Lubang yang tak lagi bisa ditutupi
tak bisa...tak bisa lagi
Kering..Kering sudah
Sudahlah..memang sudah kering
Sudah lama dahan itu tak bergoyang
Daun-daun tak pernah lagi berembun
Angin tak lagi menyampaikan kabar sang awan
Jendela itu sudah terbuka lama
Andaikan sinar itu tak pernah datang menghampiri
Tak seharusnya raga terdampar di sini
Yaa..di sini
Dimana tak lagi ada mata air yang mengalir
tak ada tetes hujan yang membasahi
tak ada.. tak ada lagi
Dia pergi hanya sekali
Dia pergi seorang diri
Dia pergi tak kembali
Dia pergi dari sini
Yaa..dari sini
Dari sebuah lubang di dalam hati
Lubang yang tak lagi bisa ditutupi
tak bisa...tak bisa lagi
Kering..Kering sudah
Sudahlah..memang sudah kering